Situs Judi Poker Bonus Member - Nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat di pekan ini, bahkan beberapa kali menembus ke bawah Rp 14.000/US$ dan sempat menyentuh level terkuat sejak 13 September.
Meski demikian pergerakan rupiah di pekan ini terbilang tidak mulus, dalam 5 hari perdagangan rupiah melemah sebanyak dua kali.
Mengawali pekan ini, rupiah langsung menguat 0,14%, pada hari Selasa (5/11) momentum penguatan rupiah bertambah, berhasil menguat 0,32% ke Rp 13.965/US$ yang merupakan level terkuat sejak 13 September.
Setelahnya momentum penguatan rupiah memudar, dan mengalami koreksi kembali ke atas Rp 14.000/US$. Pergerakan tersebut membuktikan dengan kondisi ekonomi global saat ini, rupiah belum sanggup menjauhi level psikologis tersebut.
Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya, kinerja rupiah terbilang lumayan, berada di peringkat kelima pekan ini. Mata uang utama Benua Kuning bergerak bervariasi di pekan ini, ringgit Malaysia menjadi yang terbaik setelah menguat 0,79%. Sementara yen Jepang menjadi yang terburuk dengan pelemahan lebih dari 1%.
Data Ekonomi Dalam Negeri Topang Rupiah, Tapi Dibebani AS-China
Beberapa data dari dalam negeri yang dirilis pekan ini sebenarnya cukup bagus yang dapat menopang penguatan rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2019 mencapai 5,02%, di atas ekspektasi pelaku pasar yang disurvei Bloomberg sebesar 5%.
Kemudian cadangan devisa per 31 Oktober 2019 tercatat sebesar US$ 126,7 miliar. Angka ini meningkat US$ 2,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 124,3 miliar.
Terbaru pada Jumat kemarin (8/11), Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2019.
Agen Judi Poker Uang Asli - Pada periode tersebut, NPI mencatatkan defisit US$ 46 juta lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 2,0 miliar.
Sementara Defisit neraca transaksi berjalan (CAD/Current Account Deficit) membaik. CAD triwulan III tercatat sebesar US$ 7,7 miliar atau 2,7% dari produk domestik bruto (PDB), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,9% dari PDB.
Namun sayangnya data-data yang cukup bagus dari dalam negeri tidak didukung kondisi eksternal. Kesepakatan dagang AS dengan China terlihat mengalami pasang surut.
Rabu (6/11/19) lalu, kabar penandatangan kesepakatan dagang AS-China akan ditunda hingga bulan Desember membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Dampaknya rupiah mengalami tekanan.
Sebaliknya, pada Kamis China mengirim kabar bagus yang membuat sentimen pelaku pasar membaik.
Mengutip Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.
Namun Jumat kemarin pelaku pasar kembali dibuat gelisah. Reuters memberitakan penghapusan bea masuk menimbulkan pertentangan di internal pemerintahan AS. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa terjadi penolakan terhadap rencana tersebut.
"Tidak ada kesepakatan yang spesifik soal pencabutan bea masuk. Pihak AS masih bersikap ambigu, sementara China memang sangat berharap (penghapusan bea masuk) bisa terwujud," tegas Michael Pillsbury, penasihat Presiden AS Donald Trump yang berada di luar pemerintahan.
Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
Post By : SogoPoker
0 comments:
Post a Comment